Kamis, 27 Oktober 2011

MIRACLE
 karya : widya latifah 
Di sebuah taman yang terletak di kawasan bekasi residence ini, seorang cowok remaja sedang duduk menyendiri disalah satu bangku taman yang letaknya agak disudut. Ditangannya ia memegang gitar biru yang ia petik dengan asal-asalan. Entah lagu apa yang ia sedang mainkan. Tanpa ia sadari dibelakangnya ada seorang anak perempuan seusianya dengan memakai pakaian cheers plus dengan kunciran rambut tinggi dikepalanya. “karrel, lo kenapa? Dari tadi gue perhatiin dari jauh loe ngelamun?” sapa cewek yang bernama kiran itu. “eehhh gue gak papa kok,” jawabnya yang ternyata bernama karrel. “pulang yuk, dah mau ujan nih” kiran mendongak melihat langit yang berwarna kelam keabu-abuan. Karrel lalu berdiri dari tempat kursi taman yang telah ia duduki hampir 2 jam itu. Tapi saat ingin melangkah, tiba-tiba kepala karrel pusing dan hampir saja jatuh bila tidak segera ditahan oleh kiran. “ya allah rel, lo kenapa?” tanya kiran yang panik melihat karrel yang pucat, “gue cuman kecapeaan doang kok, gak usah parno gitu deh lo” karrel menjawabnya dengan nada ketus. “yeeee si karrel, gue itu cuman menunjukkan kepedulian doang, beruntung lo punya sahabat yang chantik, cute abizzz, menggemazzzkan dan tentunya ngangenin ahahahaha” kata kiran ketawa yang sedang berbicara dengan suara super lebay sambil membanggakan dirinya. “narsis banget lo!!” karrel lalu mencubit pipi kiran yang memang chuby. “iiihhhh karrel, sakit tauk” teriak kiran sambil mengelus-elus pipinya yang merah akibat cubitan karrel tadi. Seketika rasa sakit karrel hilang melihat kiran yang sedang mengelus pipinya. Ia memang terlihat lucu saat sedang marah seperti ini. Karrel memang suka dengan kiran yang telah menjadi sahabatnya sejak kecil. Ia tidak mau mengungkapkannya karna ia tidak mau mengkhianati persahabatan yang telah ia bina bertahun-tahun itu. “pulang yuk, dah mau ujan nih” kata kiran sambil menengadahkan kepalanya ke langit yang berwarna kelabu. Karrel mengangguk lalu mereka pulang bersama. Dan taman itupun kembali sepi setelah kepulangan mereka. **** Keesokan harinya karrel tidak masuk sekolah karna sakit di kepalanya semakin menjadi-jadi. “aaarrrrgggggghhhhhh, sakit....!!!!!” karrel mengerang sambil memegang kepalanya sendiri. “karrel minum obat dulu sayang, sini mama bantu” kata mama sambil membantu karrel duduk dan meminum obatnya segera. Mama merasa kondisi karrel makin hari makin memburuk saja. Ia tidak tega melihat karrel terus menerus menahan rasa sakit ini. “pa, bawa ke rumah sakit ya, mama khawatir sama karrel” mama mulai menceritakan kekhawatirannya pada papa yang memang saat ini sedang memerhatihan karrel yang perlahan mulai tertidur karna efek obat yang baru dia minum. “iya ma, ayo kita bawa ke rumah sakit” kata papa yang sedang mengelus pelan kepala karrel. Sesaat kemudian, karrel di angkat menuju mobil yang akan membawanya ke rumah sakit. sesampainya di UGD, karrel segera di pasang selang oksigen dan di periksa oleh dokter reyhan, dokter yang sudah menjadi sahabat papanya dan juga dokter yang selalu menangani karrel. “rey, apa kanker karrel semakin parah? Apakah obat yang dia minum setiap hari itu tidak bisa menyembuhkannya?” kata andre, papanya karrel pada dokter reyhan kafe rumah sakit setelah memeriksa karrel tadi. “seperti yang sudah bilang, obat karrel hanya menjadi obat pengurang rasa sakit saja, mungkin untuk penyembuhan, persentasenya kecil sekali” “lalu, apa yang harus kita lakukan? Saya tidak mau kehilangan karrel secepat ini, saya tidak tega melihat karrel kesakitan, apapun akan saya lakukan asalkan anak saya bisa sembuh” pak andre menunduk menatap secangkir cappucino hangat yang masih utuh dihadapannya. “sabar ndre, saya dan medis disini akan melakukan yang terbaik untuk karrel agar ia bisa sembuh, serahkan semuanya sama allah” dokter reyhan menatap sahabatnya itu dengan iba. **** Karrel sudah dipindahkan ke ruang rawat inap. Mukanya masih pucat, selang oksigen masih membelit dihidungnya. Ia menatap ke luar jendela dengan tatapan kosong. Sesaat kemudian, seseorang membuka pintu. “assalamualaikum” kiran mengucap salam. tapi belum sempat salamnya dibalas, kiran sudah mulai mengintrogasi karrel. “ya allah rrel, lo kenapa? Ampe masuk rumah sakit lagi, lo sakit apaan? lo sih, gue tuh udah bilang, lo jangan kecapean, elo malah ngeyel, tepar kan lo sekarang di RS” cerocos kiran. ‘lo ga tau ran gue sakit apa, dan gue ga mau elo tau, karna gue ga mau lo mikirin gue’ kata karrel dalam hati. “hellooowwwww karrel, lo bengong?” kiran mengibas-ngibas tangannya didepan mukanya. Sontak karrel terperanjat, baru sadar kalau ia sedang melamun. ia senyum saja pada kiran. “lah?? Malah nyengir” kiran mencubit pelan pipi karrel. Sesadis-sadisnya kiran, ia masih punya hati, tidak mungkin mencubit pipi sahabatnya yang sedang sakit dengan cubitan keras. “eh, lo belom jawab pertanyaan gue, lo sakit apa? Perasaan udah hampir 6 bulan lo keluar masuk RS mulu” kiran mengulang pertanyaannya dengan mimik serius. “mmmmm..mm biasalah ran, lo kayak ga tau gue aja, gue kan penyakitan, ga bisa kena angin dikit” karrel mencari-cari alasan. “makanya, lo makan yang bergizi dong, kaya gue nih, hhohohoho, by the way, biar lo keluar masuk RS nilai ulangan lo kenapa ga pernah jeblok rel? Kan lo udah banyak ninggalin mapel, masa nilai lo masih rata-rata A semua? Gue aja yang ga masuk sehari langsung jeblok” kiran memasang muka kusut, ia kesal karna ia jarang sekali mendapat nilai A dibanding sahabatnya satu ini. padahal ia jauh lebih rajin masuk daripada karrel. “hhahahaha, gue mah walau banyak ninggalin mapel disekolah, tapi gue belajar dirumah, biar ga ketinggalan kalo ulangan, emangnya elo, Buku dibukanya cuman disekolah doang, dirumah boro-boro dibuka, dianggurin mulu tuh buku” “lo tau aja rel, hahhahaha” kiran tertawa terbahak-bahak karna karrel tau kebiasaan belajarnya yang hanya disekolah saja. “tau dong gue” karrel melirik tas sekolah yang disandang kiran. Ia tau kiran itu anak yang modis dan fashion, walau hanya kerumah sakit ia selalu memakai barang yang modis, tidak mungkin membawa tas besar seperti tas sekolah kalau tidak ada sesuatu. “gue juga tau lo pasti bawa buku kimia, fisika, biologi sama bahasa inggris, selain lo mau jenguk gue lo juga mau belajar sekalian minta ajarin pr kan?” karrel seakan sudah bisa membaca apa yang dipikirkan kiran. Sedangkan kiran melongo mendengar karrel sudah tau semua jalan pikirannya. Kiran memang sering sekali meminta karrel mengajarkannya. Jadi tidak heran kalau karrel sudah hapal pola pikir kiran. “hhuahahaha, hebat lo rel, udah bisa baca pikiran orang” kiran membuka tas dan mengeluarkan semua bukunya. Seketika ranjang karrel sudah penuh dengan buku, ia sudah mulai susah bergerak sangking penuhnya. “ran, lo mau minta ajarin apa mau jualan buku? Banyak amat, satu-satu napa” karrel kebingungan “oh iya, maappppp” kiran meletakkan separuh bukunya dilantai, sekarang bukan ranjang karrel yang berantakan oleh bukunya, tapi juga seluruh ruangan. Untung ia berada di kamar VIP jadi bebas walau berantakan. Karrel mulai mengajar kiran materi yang tidak di pahaminya. Perlahan kiran mengerti dengan apa yang diajarkan karrel. Dari mulai bahasa inggris, karrel memang keturunan orang luar jadi dia bisa dengan lancarnya berbicara bahasa inggris. Lalu lanjut ke biologi, kimia sampai fisika pun karrel paham materi beserta rumus-rumusnya. Entah kenapa, kiran langsung bisa mengerti semuanya hanya dalam sekali ajar. Padahal, sebelumnya karrel tidak masuk sekolah sewaktu materi ini dibahas, kenapa dia bisa dengan lanjar mengajarnya? “rel, kok lo tau semua sih? gue yang masuk aja kagak ngerti, lo makan apaan bisa pinter gini” kata kiran yang sedang memasukkan semua buku kedalam tas karna ia sudah selesai. “makan nasi lah, masa makan batu? Gue kan udah bilang, gue tuh belajar dirumah, makanya ran, belajar belajar belajar, jangan shopping mulu kerjaan lo” lagi-lagi karrel tau kebiasaan kiran yang hobi belanja bukan belajar. “iyeeee bawel lu ah, by the way, lo mau gue temenin ga? Kalo lo mau, gue bisa nginep disini sambil nemenin lo” kiran menawarkan diri untuk menemani karrel agar ia tidak kesepian. “nggak usah, lo pulang aja, ga papa gue sendirian” karrel menghargai kiran yang mau menemaninya, tapi ia tidak mau merepotkan kiran untuk menginap hanya untuk menemaninya. “ou ya udah, kalo ada apa-apa lo telvon gue aja, besok kan minggu gue pasti kesini lagi, gue pulang dulu yak, udah malem nih, byeeee, assalamualaikum” kiran membuka pintu dan keluar dari ruangaannya. “waalaikumsalam” karrel menjawab salam walau tidak terdengar lagi oleh kiran. Namun, beberapa menit kemudian, sakit kepalanya mulai menderu lagi. Nafasnya sesak walau ia sudah menggunakan selang oksigen. “ss..uusster” dengan suara kecil, tidak mungkin ada suster yang mendegarnya. Seketika pandangannya kabur, semuanya menjadi hitam. Karrel tidak sadarkan diri. **** Keesokan harinya, sesuai janjinya, kiran akan ke rumah sakit lagi. Ada perasaan tidak enak dalam hatinya. Tapi ia berusaha positive thinking, ia berharap semua akan baik-baik saja. Hari ini, ia ingin menggunakan baju pembelian karrel bulan lalu sebagai hadiah ulang tahunnya. sebelumnya ia tidak ingin memakainya karna warnanya terlalu kontras. Lain halnya dengan hari ini, ada sesuatu yang mendorong hati kiran untuk mengenakannya. Ia pergi ke garasi untuk mengambil mobil new mazda miliknya. Segera ia starter menuju rumah sakit, tapi ia mampir dulu ke toko kue dan membelikan karrel brownies kesukaannya. Sepanjang perjalanan, kiran tidak henti-hentinya menatap brownies yang akan di berikan pada karrel. Setelah dipikir-pikir, kiran ternyata suka pada karrel sahabatnya. Ia bahkan sudah suka dari dulu, tapi ia tidak mau menghancurkan persahabatannya dengan karrel. Ia terus berusaha untuk menjadi sahabat terbaik karrel. Dibalik sosok kiran yang cerewet, narsis, blak-blakan kalau ngomong, ternyata ia menyimpan rasa sayang yang besar pada karrel. Ia memarkirkan mobilnya diparkiran rumah sakit yang sudah sangat sering dikunjunginya ini. Ia menuju kamar karrel dilantai 5. Saat ia membuka kamar, ternyata karrel tidak ada didalamnya. Kiran bertanya-tanya dalam hati, apa mungkin karrel sudah pulang? Rasanya tidak mungkin karna jika ia ingin pulang, pasti karrel memberitahunya dulu. Ia mencoba menelvon. Tapi sepertinya ia mendengar handphone karrel berbunyi tak jauh dari tempatnya berdiri. Ternyata hp karrel ada dimeja samping tempat tidurnya. Ia mendekati hp itu, dan melihat nama yang tertera. ‘my angel’ begitulah nama yang ia baca. Kiran menelvon mama karrel. Betapa terkejutnya saat ia mendengar bahwa karrel ada di ruang ICU. Tanpa pikir panjang ia langsung berlari menuju ruang ICU yang letaknya cukup jauh dari kamar karrel. Sesampainya disana, mama karrel langsung memeluk kiran sambil menangis. “karrel kenapa tante? Sebenarnya karrel sakit apa?” kiran mulai bingung. Lalu, mama karrel langsung menceritakan semuanya pada kiran penyakit apa yang diderita putranya saat ini. Kiran langsung menangis mendengar semuanya. ia tidak menyangka bahwa sahabat yang pintar dan selalu membuatnya tertawa ternyata mengidap penyakit kanker otak. ‘ya allah, kuatkan karrel, sembuhkan penyakitnya ya allah, aku mohonnn’ kiran berdoa dengan suara yang terisak-isak. Sesaat kemudian, dokter reyhan keluar dari ruang ICU dan meminta kiran masuk karna karrel ingin menemuninya. Setelah memakan baju steril khas ICU, kiran langsung berjalan menuju karrel yang sedang berbaring. Tubuh karrel penuh dengan alat medis untuk membantu agar karrel tetap bernafas. “rel, lo harus kuat, lo ga boleh nyerah, penyakit ini pasti bisa lo lawan, gue disini rel, gue bakal terus support lo karna gue sayang sama lo, gue udah lama suka sama lo dan gue percaya lo juga suka kan sama gue? Untuk itu lo harus kuat, gue akan ada disamping lo” kiran mulai terisak-isak kembali. Semenjak hari itu, kiran lebih sering menjenguk karrel. Bahkan ia sering menginap menemani karrel di ICU. Kiran membacakan al-quran setiap harinya. Ia percaya kalau karrel mendengar lantunan ayat suci al-quran ini walau matanya terpejam. Ia menceritakan cerita-cerita lucu dan sering membacakan karrel novel kesukannya. Karrel berangsur-angsur membaik. Dokter reyhan heran melihat karrel yang menunjukkan tanda-tanda sembuh karna pada awalnya, penyakit karrel ini tidak bisa disembuhkan. Inilah mukjizat allah yang tidak terduga sebelumnya. **** 4 bulan kemudian... Kiran menatap lelaki yang kini sedang memainkan gitar dengan kaku. Tangannya susah digerakkan karna terdapat infus yang tertancap dipunggung telapak tangannya. Ia tidak menyadari bahwa kiran sudah berdiri diambang pintu sedari tadi. Saat lelaki itu mulai terlihat letih dan meletakkan gitar disampingnya, baru kiran masuk. “prok.prok.prok” kiran tepuk tangan atas permainan karrel, lelaki yang memainkan gitar itu. “keren banget rel” puji kiran. Karrel hanya tersenyum melihat kiran. “ran, makasih kamu udah nerima aku apa adanya, kamu anugrah terindah yang allah kasih ke aku” kata karrel dengan pelan diatas kursi rodanya. Kiran mendekat dan duduk didepan kursi rodanya karrel. “iya sama-sama sayang... makasih ya kamu udah mau kuat, aku bangga punya kamu, karna kamu bisa lawan penyakit itu” kata kiran lembut sambil memberikan senyuman manisnya pada karrel. “i love you kiran” bisik karrel “love you too karrel” bisik kiran juga Apapun bisa terjadi kalau allah menghendaki....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar